• Home
  • Nasional
  • Ketika Pariwisata Menjadi Momok “Tiket Mahal”

Ketika Pariwisata Menjadi Momok “Tiket Mahal”

Image

Sugianto yang biasa dikenal dengan nama Toto Leboong adalah pelaku wisata aktif yang menjadi korban terdampak atas minim nya kunjungan wisata ke Pulau Belitung, dan juga berakibat banyak nya lokasi kunjungan wisata yang tidak beropeasi kembali

Toto Leebong punya siasat sendiri menghadapi minim nya kunjungan wisatawan ke Belitung yakni dengan “jemput bola” dan meyakinkan ke wisatawan bahwa Belitung wilayah aman dan murah serta penuh kenangan bagi wisatawan

Media Daulat Rakyat dalam perhelatan nye ke Tanjungpandan Belitung ketika mendarat di Bandara HAS Hanandjoedin untuk bagian kedatangan banyak “Supir Taksi” yang tidak mendapatan penumpang

“Sepi bang,malah kadang-kadang tidak mendapatkan penumpang sama sekali”Ujar Bang Mawan, sah satu supir yang sudah lama menekuni propesi nya sebagai driver di Bandara.

Pun demikian ketika Media Daulat Rakyat keluar dari Bandara dengan menggunakan sepeda motor dari jemputan Indra Gunawan nampak salah satu destinasi wisata yang dulu nya amat populer “Hangar21” kini sudah kumuh dan tidak terawat lagi, tutup nya tempat tersebut memang menjadi kejutan karena selama ini selalu ramai dengan kunjungan para pelancong yang ke Belitung pasti mampir kelokasi ini sambil menunggu pesawat berangkat karena memang lokasi nya tidak jauh dari Bandara.

Menurut para pelaku wisata di Belitung paling vatal adalah ketika masa Pademi Covid19 dimana alur keluar masuk ke Belitung lewat pesawat udara ditutup, dan pukulan telak saat ini adalah ketika harga tiket pesawat yang demikian mahal nya menjadi Rp 900.000 lebih.

Media Daulat Rakyat di beri kesempatan menginap di Hotel Bahamas Tanjungpandan yang memang dalam pengamatan langsung tingkat hunian boleh di hitung dengan jari, namun manajemen Hotel terlihat tetap semangat bahwa wisata dan kunjungan wisatawan ke Belitung akan bergairah lagi

Share

Ketika Pariwisata Menjadi Momok “Tiket Mahal” – Media Daulat Rakyat