Media Daulat Rakyat

Makna ritual ceng beng

ceng Beng Sembahyang Kubur Tradisi Tahunan Etnis Tionghoa

Ceng Beng, atau sembahyang kubur, adalah tradisi tahunan etnis Tionghoa untuk menghormati leluhur, biasanya dilakukan pada tanggal 4 atau 5 April, dengan kegiatan seperti membersihkan makam, berdoa, dan membakar dupa.

Ceng Beng merupakan wujud penghormatan dan bakti kepada leluhur, serta menjadi momen untuk mengenang dan mendoakan mereka


Tradisi ini biasanya dilaksanakan pada tanggal 4 atau 5 April, yang merupakan 15 hari setelah Equinox musim semi.
Kegiatan Ceng Beng
membersihkan Makam: Keluarga membersihkan makam leluhur, seperti membersihkan rumput, mengecat, dan mempersiapkan area untuk sembahyang.

Keluarga bersembahyang dan berdoa di depan makam, memohon kesejahteraan dan keselamatan bagi roh leluhur.
Persembahan: Keluarga membawa persembahan seperti makanan kesukaan leluhur semasa hidup, uang akhirat (Kimcua dan Gincua), dan barang-barang duplikasi dari kertas.


Membakar Dupa: Dupa dibakar sebagai wujud penghormatan dan untuk mengusir roh jahat.


Berpamitan: Setelah sembahyang, keluarga berpamitan di depan makam agar roh leluhur bersedia untuk datang mengunjungi rumah mereka.

Ceng Beng menunjukkan rasa hormat dan bakti keluarga kepada leluhur mereka.
Solidaritas Keluarga: Tradisi ini mempererat hubungan antar anggota keluarga yang berkumpul untuk melaksanakan ritual ini.
Harapan Baik:

Ceng Beng juga melambangkan harapan baik untuk masa depan keluarga.

Ceng Beng berbeda dengan tradisi ziarah kubur pada umumnya, karena memiliki nuansa khusus yang kental dengan penghormatan terhadap leluhur.

Di kabupaten Belitung kegiatan Cheng Beng dilaksanakan di Desa Dukong Tanjung pandan kabupaten Belitung

“Kalau di Belitung mayoritas kegiatan persembahyangan dilaksanakan di komplek perkuburan Tionghoa di Desa Dukong yang terdiri dari sebanyak 5.000 makam,” ujarnya m

Disampaikan, kegiatan persembahyangan Cheng Beng dimulai pukul 05.00 WIB sampai matahari terbit dengan membawa dan menyajikan sejumlah persembahan untuk para leluhur.

“Sembahyang kubur ini merupakan bentuk ucapan terima kasih sekaligus sebagai wujud penghormatan kepada para leluhur yang telah berpulang,” ujar Ayi Ginarsah tokoh masyarakat Belitung

Ayie menambahkan, biasanya pada momentum Cheng Beng warga keturunan Tionghoa yang berada di luar daerah bahkan luar negeri akan pulang kampung guna melaksanakan kegiatan persembahyangan Cheng Beng di makam para leluhur mereka.

“Kepulangan mereka adalah bentuk penghormatan dan penghargaan kepada para leluhur,” katanya.

Selain sebagai sebuah tradisi yang masih dilestarikan sampai saat ini, lanjut Ayie, kegiatan persembahyangan Cheng Beng juga memiliki kekuatan ekonomi dan pariwisata.

“Kami berharap perayaan Cheng Beng ini dapat membangkitkan perekonomian masyarakat dan pariwisata Belitung,” ujarnya.

Artikel Terkait

Img 20250426 wa0019

Wagub Hellyana Apresiasi 70 Tahun…

JAKARTA – Wakil Gubernur (Wagub) Kepulauan…

Whatsapp image 2025 04 27 at 17.16.02

Masyarakat Belitung Titip Harapan ke…

TANJUNGPANDAN — Sebagai ungkapan rasa syukur…

Images 64

Pengunduran Diri Massal CPNS Cerminkan…

Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker) Immanuel Ebenezer…

ceng Beng Sembahyang Kubur Tradisi Tahunan Etnis Tionghoa – Media Daulat Rakyat