Cukup Satu Saja
ESu
Mentari
masa edarmu di sini
telah habis
di belahan bumi ini
hari telah gelap
karena posisimu
telah bergeser
sementara bumi
berpindah posisi pula
Apakah engkau
yang terus ingin tampil
ingin tetap dianggap penting
atau engkau merasa
engkaulah yang paling
hebat
atau engkau merasa
semakin sunyi
sendiri
tak ada yang menyambagi
tak ada lagi
yang minta ini dan itu
atau jangkauan tanganmu
tak lagi sampai ke bumi
Tak usah sedih kawan
kalau kau merasa
kekasihmu tak lagi bisa
mandi mentari
kau bisa titip sinarnu
pada rembulan
dan sang rembulan
akan memantulkan
cahaya terang
agar kekasihmu tak lagi
kegelapan
Ah di kota ini
bulan tak ada yang punya
cahaya lembutnya
kalah oleh lampu-lampu
yang sinarnya terang
seperti hari siang
Aku tau
mentari esok pagi
bukan lagi mentari kemarin
bukan lagi aku
Aku tau mereka sibuk
menyiapkan kamera
termasuk menyiapkan
kamera dari ponsel mereka
tapi mereka bukan lagi
membidik aku
dan tak ada lagi kilauan
lampu kamera untukku
…
Aku jadi ingat pertanyaan
cucuku
‘Ungku katanya Tuhan maha
kuasa, Tuhan pandai mencipta
mengapa Tuhan bikin
matahari hanya satu’
Pertanyaan yang cerdas
untung Ungkunya punya
sedikit ilmu
“cucu
Tuhan memang maha kuasa
pasti bisa bikin matahari
berapa saja
tetapi Tuhan juga punya sifat
Maha tau
karena Dia tau dengan
satu matahari sudah cukup
maka Dia bikin matahari
satu saja”
Pisangan Timur
4 Mei 2025
- DR. H. Edy Sukardi, M.P.d, Rektor Universitas Muhammadiyah Bogor Raya
- Sastrawan Indonesia

