Intisari cerita
- Be Ume: Warisan Tanam Padi Darat dalam Adat Ngembarik Belitung” adalah tentang tradisi be ume, yaitu menanam padi di darat oleh masyarakat adat ngembarik di Belitung.
- Tradisi ini bukan hanya sekadar bertani, tetapi juga merupakan warisan leluhur, jalan hidup, dan bentuk penghormatan terhadap alam.
- Masyarakat adat membuka ladang dengan hati-hati, menjaga tanah, menanam padi dengan kasih, dan merayakan panen dengan syukur. Be ume menyatukan manusia, tanah, dan langit dalam ikatan nilai, serta menjadi pengingat akan pentingnya menjaga budaya, etika, dan spiritualitas dalam produksi pangan.
Di balik rimbunnya hutan sekunder dan lekuk-lekuk bukit di pedalaman Belitung, hidup sebuah tradisi yang diwariskan turun-temurun: be ume, menanam padi di darat.
Bagi masyarakat adat ngembarik, be ume bukan sekadar bertani—ia adalah jalan hidup, warisan leluhur, dan bentuk penghormatan terhadap alam.
Musim be ume dimulai bukan dari kalender, melainkan dari tanda-tanda alam: suara burung tuwuk, arah angin timur, dan gerak awan di langit. Tetua adat akan menggelar beseprah—musyawarah kampung—untuk menentukan hari baik membuka ladang.
Di sinilah nilai kolektif dan kearifan lokal ditanamkan sejak dini.
Ladang dibuka dengan hati-hati. Ada larangan membakar hutan sembarangan. Sebelum menebas semak, masyarakat menggelar selamat tanah, memohon restu kepada roh penjaga bumi.
Mereka percaya: tanah bukan milik manusia semata, tapi titipan yang harus dijaga.
Saat benih ditanam, perempuan adat melantunkan ngidung be ume—nyanyian tradisional yang memanggil kesuburan.
Anak-anak ikut serta, belajar dari orang tua cara menanam dengan lembut, seolah menyentuh anak sendiri.
Padi disebut “anak tanah”, yang harus diperlakukan dengan kasih.
Selama padi tumbuh, masyarakat menjaga ladang dari hama tanpa racun.
Mereka membuat pantak (orang-orangan sawah), menabur abu, dan menanam tanaman pengusir hama. Semua dilakukan dengan prinsip “menjaga tanpa merusak”.
Panen bukan hanya soal hasil, tapi juga soal syukur. Digelar ngemping, pesta panen dengan tari, nyanyian, dan makan bersama.
Padi pertama disimpan di lumbung adat sebagai simbol keberlanjutan.
Sebagian hasil dibagikan kepada tetangga yang gagal panen—sebuah bentuk solidaritas sosial yang hidup
Be ume adalah warisan yang menyatukan manusia, tanah, dan langit dalam satu ikatan nilai.
Di tengah ancaman alih fungsi lahan dan modernisasi, tradisi ini menjadi pengingat bahwa pangan bukan sekadar produksi, tapi juga budaya, etika, dan spiritualitas.












