
Dalam dunia yang semakin riuh oleh pencitraan, puisi “Ia Membakar Kami” hadir seperti bara yang menyala di tengah arang.
Ia tidak berteriak, tidak menuntut pujian, tapi bekerja. Ia tidak sibuk menulis status, tapi sibuk menyusun langkah.
Sosok “Ia” dalam puisi bukan sekadar pemimpin, melainkan penggerak: ia memikul, menyiram, menyulut, dan menghidupkan.
Kita hidup di zaman di mana banyak orang ingin menjadi api, tapi enggan menjadi bara.
Banyak yang ingin terlihat menyala, tapi tak mau terbakar. Puisi ini mengingatkan bahwa kepemimpinan sejati bukan soal posisi, melainkan pengaruh.
Bukan soal jabatan, melainkan keteladanan.
Yang paling menyentuh adalah pengakuan jujur sang penyair: “Aku belum mampu mencontohnya.” Di sinilah kekuatan puisi ini—ia tidak menggurui, tapi mengajak merenung. Ia tidak memaksa, tapi memantik kesadaran.
Dalam konteks organisasi, pendidikan, bahkan pemerintahan, kita butuh lebih banyak “Ia”—mereka yang membakar bukan untuk membakar habis, tapi untuk menghidupkan.
Mereka yang hadir bukan untuk mengatur, tapi untuk menggerakkan.
Identitas Karya
- Judul Puisi: Ia Membakar Kami
- Jenis Karya: Puisi naratif reflektif
- Pengarang: Dr. H. Edy Sukardi, M.Pd.
- Tanggal Publikasi: 31 Oktober 2025
- Media Publikasi: Media Daulat Rakyat
- Konteks Penulis: Rektor Universitas Muhammadiyah Bogor Raya, sastrawan, dan tokoh pendidikan
- Tema Sentral: Kepemimpinan, keteladanan, semangat kolektif, dan refleksi pribadi
- Gaya Bahasa: Lugas, repetitif, metaforis, dengan nada jujur dan reflektif
- Target Audiens: Aktivis organisasi, pendidik, mahasiswa, dan pembaca umum yang tertarik pada nilai-nilai kepemimpinan dan kerja kolektif
Puisi “Ia Membakar Kami” karya Dr. H. Edy Sukardi, M.Pd., yang dimuat di Media Daulat Rakyat pada 31 Oktober 2025, merupakan refleksi mendalam tentang figur pemimpin yang bekerja dalam senyap namun berdampak besar.
Ditulis dengan gaya naratif dan penuh emosi, puisi ini menggambarkan sosok yang tidak hanya membagi ilmu, tetapi juga menyalakan api semangat kolektif.
Tema dan Makna
Puisi ini mengangkat tema kepemimpinan yang transformatif, di mana tokoh “Ia” digambarkan sebagai penggerak yang bekerja tanpa pamrih.
Ia berkeringat, berkorban waktu dan materi, bahkan mengambil alih tugas yang macet. Dalam baris “Ia membakar kami untuk bangkit dan menyala,” tersirat bahwa kepemimpinan bukan sekadar instruksi, melainkan keteladanan dan daya hidup yang menular.
Gaya Bahasa dan Struktur
- Bahasa lugas namun metaforis, seperti “Kami seperti sekumpulan arang, Ia baranya,” memberi kekuatan visual dan emosional.
- Struktur naratif dengan repetisi “Ia…” menciptakan ritme yang menegaskan karakter tokoh utama.
- Nada reflektif dan jujur, terutama saat penulis mengakui belum mampu mencontoh sang tokoh, menambah kedalaman personal.
Konteks Sosial dan Kultural
Sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah Bogor Raya dan sastrawan, Edy Sukardi menulis dari pengalaman langsung dalam dunia pendidikan dan organisasi.
Puisi ini bisa dibaca sebagai kritik halus terhadap budaya kerja yang pasif, sekaligus ajakan untuk bangkit dan berkontribusi. Dalam konteks Indonesia yang sedang membangun etos kerja kolektif, puisi ini relevan dan menggugah.
Nilai Reflektif
Puisi ini bukan sekadar pujian, tetapi juga cermin bagi pembaca, terutama generasi muda dan para aktivis organisasi. Ia mengajak kita bertanya: apakah kita sudah menjadi bara bagi lingkungan kita? Ataukah masih menjadi arang yang menunggu dibakar?
Kesimpulan:
Puisi “Ia Membakar Kami” adalah karya yang kuat secara emosional dan sosial. Ia menyentuh ranah kepemimpinan, kerja kolektif, dan refleksi diri dengan gaya yang sederhana namun penuh makna. Cocok dijadikan bahan diskusi di forum pendidikan, pelatihan kepemimpinan, atau ruang-ruang refleksi komunitas.
editor : Akhlanudin












