Jakarta – Dalam sebuah diskusi publik yang menarik perhatian, praktisi komunikasi publik Budi S. Kamri mengungkapkan kritiknya terhadap gaya kepemimpinan Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.
Ia menilai bahwa Dedi terlalu fokus pada pencitraan pribadi, sementara pembangunan tim pemerintahan yang solid masih belum optimal.
“Bukan dengan menciptakan dirinya menjadi superman. Tapi, harus membangun super tim sehingga Jawa Barat ini jadi daerah yang subur, makmur,” ujar Budi dengan nada penuh penekanan.
Budi mengakui bahwa pendekatan Dedi yang membumi saat menjabat sebagai Bupati Purwakarta memang menarik simpati publik. Namun, ia mempertanyakan apakah gaya tersebut masih relevan dalam skala pemerintahan yang lebih besar.
Menurutnya, kepemimpinan yang efektif bukan hanya soal popularitas, tetapi bagaimana seorang pemimpin mampu merangkul tim yang kuat dan berkompeten.
“Saya melihat ini sebagai investasi politik. Dan memang terbukti, masyarakat kita senang dengan pemimpin yang turun langsung ke akar persoalan,” lanjutnya, menyoroti kecenderungan Dedi dalam menghadapi isu-isu sosial secara langsung.
Tak hanya itu, Budi juga mengomentari bagaimana Dedi Mulyadi memanfaatkan media sosial dalam membangun citra dirinya. Kanal YouTube-nya yang memiliki jutaan pelanggan menjadi bukti bahwa pendekatan personal dan langsung memang menarik perhatian masyarakat.
Namun, Budi mengingatkan bahwa efektivitas pemerintahan tidak bisa hanya bergantung pada citra dan pendekatan individu.
Kritik yang dilontarkan oleh Budi ini membuka diskusi publik tentang kepemimpinan di era digital—sejauh mana popularitas dapat berkontribusi terhadap efektivitas pemerintahan
