Media Daulat Rakyat

Inshot 20250316 182951492

bendungan pice Dalam Lintasan sejarah

Sekitar tahun 1722, kongsi dagang VOC mengadakan perjanjran dengan Sultan Ratu Anum Kamarduin dari Palembang untuk membeli timah secara monopoli. Maka sejak itu voe memulaikecurangan-kecurangan dan pelanggaran janji yang mengakibatkan ketengan dan sikap permusuhan.

Pada tahun 1759, Residen Palembang De Herre mendarat dekat Tanjungpandan untuk beberapa jam meneliti tanahnya. Setelah Residen Palembang De Herre melakukan penelitian, ia kemudian menyimpulkan bahwa tidak ada bijih timah disana (Koppang erts).

Timah kopong adalah pasir yang mirip pasir timah tapi tidak mengandung timah. Konon, pengkopongan pasir timah dilakukan oleh dukun tanah di Belitong.

Kemudian pada tanggal 21 Oktober 1821, datanglah Syarif Mohamad dari Palembang guna membuka jalan bagi masuknya Belanda ke Belitong dan mengibarkan pertama kali bendera Belanda di Tanjung Sinba. Syarif Mohamad mencoba menguasai Depati K.A Rahad yang masih berusia muda, tapi upaya itu tidak berhasil. dalam tahun 1822, ditempatkan pula bala tentara dibawah pimpinan seorang Kapten bangsa Belgia bernama J.P. De La Motte.

Pada tahun 1823 J.P. De La Motte dipanggil kembali dan digantikan oleh J.R Bierschel sebagai Asisten Residen dan Kaptem kuehn sebagai pimpinan tentara karena usahanya untuk menemukan timah gagal.

Dengan pimpinan yang bijaksana, Bierschel berhasil mendapat pengertian yang baik dari rakyat. la bahkan berulang kali mendesak pemerintahan Belanda hak Depati K.A. Rahad itu diakui, akan tetapi sia-sia. Sementara itu Bierschel tak ketinggalan pula mencari Timah dan menemukannya.

Namun keinginannya untuk menggali Timah selalu ditolak.

Sikap akomodatif dari Asisten Residen J.W. Bierschel terhadap K.A. Rahad, membuat Syarif Mohamad merasa tidak senang karena seolah mengacuhkan dirinya yang sebelumnya telah dipercayakan untuk menguasai Belitong.

Kemudian Syarif Mohamad pun pulang pada tahun 1924 dan mengadukan tindak-tanduk J.W. Biercshel ditarik pulang. Sebenarnya bukan hanya dengan alasan itu ia ditarik pulang tapi karena untuk penghematan anggaran dan karena pencarian timah oleh J.W. Biercshel mengalami kegagalan, yang disebabkan oleh K.A. Rahad tidak menginginkan adanya penggalian timah sebelum hak-hak kekuasaannya diakui oleh Belanda.

Pada tahun 1838 sebelum bulan Juli, Belanda mengirim tim ekspedisi yang dipimpin oleh kolonel P.C. Riedel, guna menyelediki dan mencari tahu tentang sikap Depati yang tak dapat ditundukkan oleh sekian orang pemimpin baik Belanda ataupun pribumi sendiri. Namun P.C. Riedel.

Akan tetapi P.C. Riedel nampaknya juga mendengar anjuran dari Residen Bangka de Haase serta mantan Asisten Residen Belitung J.W.

Bierschel, agar mengakui hak-hak K.A. Rahad sebagai Depati Belitung.

Maka pada tanggal 1 Juli 1838, KA Rahad diakui Belanda sebagai Depati Belitung.Tahun 1850 Dr. J.H. Croockewit diutus pemerintah Hindia Belanda untuk mengadakan lagi penyeldikan adanya kemungkinan biji timah di Belitong.

Namun sekall lagi ia gagal dan tidak mendapatkan bantuan dari Depati K.A. Rahad ataupun dari rakyat.

Pada tahun1851, para eksploler timah berangkat dari Mentok dengan membawa surat resmi kepada K.A. Rahad ke Belitong. Mereka adalah J.F. Loudon dengan pembantu-pembantunya, yaitu Ir. Corns de Groot, J.R. Huguenin, Van Baloemen, Waznders dan J.F. Dekker dan juga Baron van Tuyl.

Nampaknya depati K.A. Rahad masih tetap mengatakan jika biji timah tidak ada di Belitong, namun J.F. Den Dekker terus mencari tahu dari penduduk dan ia mendapat keterangan jika ada seorang melayu yang akan menunjukkan adanya timah di Belitong, orang itu dulunya pekerja parit timah pada masa K.A. Hatam di Cerucuk, Tuk Munir dari Singkep.

Tuk munirlah yang menunjukkan adanya timah di dekat sungai seburik.

Akhirnya diketahuilah oleh Belanda bahwa tanah Belitong mengandung timah, yang selama ini dirahasiakan oleh K.A. Rahad.

K.A. Rahadpun kemudian merintahkan rakyatnya untuk menunjukkan lokasi yang mengandung timah.

Hingga pada tanggal 15 Nopember 1860, perusahaan penambangan timah berdiri dengan nama Billiton Maatschappy. perusahaan ini merupakan perusahaan swasta milik Belanda yang bekerja sama dengan Pemerintah Belanda yang berkedudukan di Belanda.

Pada tahun 1866, Billiton Maatschappy masih terus mendatangkan mendatangkan pekerja dari negeri Cina hingga berjumlah 2724 orang, dan pada tanggal 9 September 1924, Billiton Maatschappy berubah nama menjadi NV GMB atau NV Gemeenschapelyke Mynbouw Maatschappy Billiton.

Kemudian kapal-kapal keruk atau EB (Emmer Bagger) mulai didatangkan untuk mengeruk tanah yangmengandung timah diawali dengan kapal perintis (kapal penghisap lumpur, yaitu KPT Sependar dan KPT Air Putih.

Kapal-kapal keruk beroperasi hampir di seluruh kawasan Belitong itu antara lain, KK II Lais yang dirakit di sungai Timah dan Bendungan Pice

Pengoperasian Kapa! Keruk di sungai Lenggang ternyata memberikan hasil timah yang lebih banyak. Hal ini disebabkan daerah sekitar sungai Lenggang mengandung timah lebih banyak dibandingkan dengan daerah lain. Namun timah tersebut berada sangat jauh dari permukaan tanah, sehingga memerlukan penggalian lebih dalam untuk mendapatkan timah.

Sementara kapal keruk yang beroperasi tidak mampu. mengeruk timah lebih dalam lagi, karena kapal-kapal keruk tersebut hanya dapat beroperasi pada bila permukaan air terlalu dangkal akan membuat EB tidak dapat beroperasi, pintu bendungan Pice ditutup sehingga permukaan air naik.

Pintu bendungan dibuka dan ditutup dengan sistem katrol, dimana setiap pintu mempunyai pengait yang dapat dihubungkan dengan kateo melalui kawat slang. Kateo tersebut berjumlah dua buah yang berada di setiap ujung bendungan. Sehingga setiap delapan pintu bendungan dapat diatur dengan satu kateo.

Dengan menghubungkan kawat slang pada pengait pintu, kateo diputar oleh dua orang kuli sehingga satu pintu bendungan terangkat ke atas.

Dan bila akan dibuka pintu selanjutnya, kawat slang dipindahkan ke pengait pintu tersebut dan begitu seterusnya.Pekerja-pekerja yang dipekerjakan dalam pengoperasianbendungan dan kapal keruk adalah orang Belanda, pribumi dan cina Timah dan Bendungan Pice Pengoperasian Kapal Keruk di sungai Lenggang ternyata memberikan hasil timah yang lebih banyak.

Hal ini disebabkan daerah sekitar sungai Lenggang mengandung timah lebih banyak dibandingkan dengan daerah lain.

Namun timah tersebut berada sangat jauh dari permukaan tanah, sehingga memerlukan penggalian lebih dalam untuk mendapatkan timah.

Sementara kapal keruk yang beroperasi tidak mampu mengeruk timah lebih dalam lagi, karena kapal-kapal keruk tersebut hanya dapat beroperasi pada kedalaman tertentu.

Hal ini membuat Belanda berinisiatif untuk membangun bendungan yang bisa mengatur kedalam air yang memungkinkan kapal-kapal keruk itu dapat beroperasi lebih dalam lagi dan dapat membendung air dari hampir seluruh anak sungai yang ada di Belitong.

Maka pada tahun 1928 Belanda membangun yang sering disebut Pice ini hanya digunakan hingga tahun 1933 dikarenakan Belanda ingin memperluas daerah penambangan timah di sekitar sungai Lenggang.

Bendungan ini dinamakan Pice karena pada saat itu sering terdengar orang-orang Cina menyebutnya Phicei yang berarti pintu air.

Sehingga nama ini terimitasi oleh orang-orang masa itu sampai dengan sekarang. namun sebagian ada yang mengatakan bahwa nama tersebut diambil dari nama Sir Vance, seorang lnsinyur arsitek Belanda yang membangunnya.

Sungai lenggang yang pada masa itu masih berukuran kecil, kemudian diperluas oleh Belanda dengan membersihkan daerah rawa sekitar sungai menggunakan kapal-kapal penghisap lumpur.

Pada tahun 1934 dilakukan pembangunan Pice baru dengan enam belas pintu yang berukuran lebih kurang SO meter di hulu sungai Lenggang. bahan-bahan yang digunakan dalam pembangunan pice ini sama halnya dengan bahan-bahan yang digubakan dalam membangun pice yang lama, yaitu berasal dari luar negeri termasuk dari negeri Belanda itu sendiri. Kecuali batu-batu alam yang digunakan sebagai dasar bendungan berasal dari Belitong.

Selama proses pembangunan pice ini, Belanda juga membuat aliran sungai Lenggang terhubung ke laut dan menutup aliran sungai Buta (sungai asli). Pembangunan bendungan ini dikerjakan oleh rakyat pribumi bersama Cina Kuncit, yang merupakan masyarakat Tionghoa yang didatangkan oleh Belanda ke Belitung untuk menambang timah,

Dikatakan Cina Kuncit karena memiliki rambut terkepang dibagian belakang sedangkan sebagian kepalanya tercukur.

Rakyat pribumi dan Cina Kuncit dalam membuat bendungan bekerja di bawah pengawasan Belanda, dan berhasil diselesaikan pada tahun 1936 dan diresmikan Belanda pada tahun 1937.

Sejak Pice difungsikan, kapal keruk atau EB (Emmer Bagger) dapat menggali· tanah lebih dalam lagi sehingga timah yang dihasilkan lebih banyak.Bendungan pice mengatur kedalaman air sesuai dengan panjang Ladder EB yang akan beroperasi. Jika EB sudah tidak bisa lagi menggali lebih dalam, maka pintu bendungan dibuka untuk mengeluarkan air sehingga Ladder dapat menjangkau tanah.

Begitu juga bila permukaan air terlalu dangkal akan membuat EB tidak dapat beroperasi, pintu bendungan Pice ditutup sehingga permukaan air naik.

Pintu bendungan dibuka dan ditutup dengan sistem katrol, dimanasetiap pintu mempunyai pengait yang dapat dihubungkan dengan kateo melalui kawat slang.

Kateo tersebut berjumlah dua buah yang berada di setiap ujung bendungan. Sehingga setiap delapan pintu bendungan dapat diatur dengan satu kateo.

Dengan menghubungkan kawat slang pada pengait pintu, kateo diputar oleh dua orang kuli sehingga satu pintu bendungan terangkat ke atas.

Dan bila akan dibuka pintu selanjutnya, kawat slang dipindahkan ke pengait pintu tersebut dan begitu seterusnya.

Pekerja-pekerja yang dipekerjakan dalam pengoperasianbendungan dan kapal keruk adalah orang Belanda, pribumi dan cinaKekurangan tenaga kerja ditutupi dengan pekerja-pekerja pribumi dengan sistem “Anak Emas”, yang pergi dan pulang kerja dijemput dan diantar kerrumah masing-masing.

Sejak tahun 1953, Pemerintah RI mengambil alih pimpinan Tambang Timah dari GMB dan perusahaan itu berubah menjadi Perusahaan Negara Timah (PN Timah).

Kemudian pemerintah mengelola sendiri sebagian besar kegiatan penambangan oleh pekerja-pekerja GMB yang telah dididik di AC (Ambakh Curcus) dan CMO (Cursus Molenbas Opsiter) oleh Belanda.

Sekitar tahun 1958 PN Timah membangun sebuah bendungan di salah satu aliran sungai Lenggang yang mengarah ke laut. Bendungannya tidak begitu besar, namun berfungsi untuk membantu Pice dalam mengatur air di sungai Lenggang bila air yang tertampung di sana melebihi kapasitas.

Kemudian setelah beberapa tahun PN Timah beroperasi, muncul pendapat dari mereka bahwa pertambangan timah di Belitong sudah tidak produktif lagi.

Mereka mengatakan jika terus dijalankan akan menyebabkan kerugian karena biaya operasi lebih besar daripada hasil yang diperoleh.

Hingga tahun 1991 KK IX Meranteh keluar dari sungai Lenggang menuju Pulau Bangka.

Hal ini membuat tidak satu pun EB beroperasi di bendungan Pice dan Pice sendiri tidak memiliki arti dalam penambangan timah.

Akhirnya Pice pun kurang terawat, bahkan sayangnya banyak bagian bendungan yang dicuri seperti kateo. Saat ini Pice menjadi objek wisata yang sarat nilai-nilai sejarah, selain itu panorama yang indah kian menambah daya tarik sehingga ramai dikunjungi wisatawan

Artikel Terkait

Img 20250614 065612

Puisi-puisi Edy Sukardi

Rumah Kayu ESu Rumah sederhanatempat berseminya…

Inshot 20250614 020704290

BSU 2025 Siap Cair, Pemerintah…

Jakarta, Juni 2025 – Pemerintah melalui…

bendungan pice Dalam Lintasan sejarah – Media Daulat Rakyat