Intisari Berita:
- Sebuah inovasi ramah lingkungan bernama Stone Paper telah diperkenalkan sebagai alternatif kertas konvensional. Terbuat dari pasir gurun dan limbah pertanian, kertas ini diproduksi tanpa menggunakan air, pemutih, atau bahan kimia berbahaya, sehingga menghasilkan jejak karbon yang jauh lebih rendah.
- Selain tahan air dan tidak mudah robek, Stone Paper juga dapat didaur ulang. Inovasi ini diyakini mampu merevolusi industri kertas dan menjadi solusi berkelanjutan dalam menghadapi krisis lingkungan dan deforestasi.
- Para pakar menyebutnya sebagai langkah nyata menuju masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.
Jakarta, 5 November 2025 — Dunia industri kertas tengah diguncang oleh sebuah inovasi revolusioner: Stone Paper, kertas ramah lingkungan yang terbuat dari pasir gurun kaya kalsium karbonat dan limbah pertanian seperti batang kapas.
Tanpa menggunakan kayu, air, atau bahan kimia pemutih, teknologi ini menjanjikan masa depan produksi kertas yang lebih hijau dan berkelanjutan.
Inovasi ini pertama kali dikembangkan oleh tim peneliti di Tiongkok sebagai respons terhadap tantangan deforestasi, degradasi lahan, dan konsumsi air tinggi dalam industri pulp tradisional.
“Kami ingin menciptakan solusi yang tidak hanya mengurangi dampak lingkungan, tetapi juga memanfaatkan sumber daya yang selama ini terabaikan,” ujar Dr. Liu Wen, peneliti material dari Lanzhou Institute of Technology.
Keunggulan Stone Paper:
- Tanpa Air: Proses produksinya nyaris bebas air, mengurangi tekanan terhadap sumber daya air yang semakin langka.
- Tanpa Pemutih: Tidak menggunakan bahan kimia berbahaya, sehingga mengurangi pencemaran lingkungan.
- Tanpa Polusi: Produksi bersih dengan jejak karbon yang jauh lebih rendah dibandingkan kertas konvensional.
Selain ramah lingkungan, Stone Paper juga memiliki keunggulan teknis: tahan air, tidak mudah robek, dan bisa didaur ulang. Pabrik-pabrik mobile bahkan telah dibangun di tepi gurun untuk memproduksi langsung di lokasi sumber bahan baku.
Menurut laporan Askara, “Inovasi ini membuka jalan baru bagi produksi kertas yang tidak merusak hutan dan sekaligus menjadi solusi terhadap perluasan gurun”.
Dengan memanfaatkan pasir gurun yang selama ini dianggap tidak berguna, serta limbah pertanian yang melimpah, Stone Paper menjadi simbol transformasi industri menuju ekonomi sirkular.
Pakar lingkungan dari Universitas Indonesia, Dr. Rika Suryani, menyambut baik terobosan ini. “Jika diterapkan secara luas, teknologi ini bisa menjadi game changer dalam pengurangan emisi industri dan pelestarian hutan tropis kita,” ujarnya dalam diskusi publik tentang inovasi hijau.
Dengan potensi besar untuk menggantikan kertas berbasis kayu, Stone Paper bukan hanya sekadar produk baru—ini adalah manifestasi dari visi masa depan yang lebih berkelanjutan, inklusif, dan inovatif.
“Stone Paper adalah bukti bahwa solusi hijau bisa lahir dari tempat yang paling tak terduga—pasir gurun dan limbah pertanian,” tutup Dr. Liu Wen.












