Media Daulat Rakyat

Inshot 20251029 111529863

Ketika Amang Jatuh Cinta

Img 20251030 102527

Puisi ini menggambarkan idealisasi cinta yang sangat kuat dan mungkin tidak realistis. Amang, sang tokoh utama, terobsesi dengan gambaran seorang gadis Betawi yang dianggapnya sempurna, bahkan menolak kenyataan bahwa waktu telah berlalu dan gadis itu mungkin sudah berubah.

Beberapa poin penting:

  • Idealisasi Cinta: Puisi ini menyoroti bagaimana cinta seringkali membuat seseorang melihat pasangannya sebagai sosok yang sempurna, tanpa cela. Ini adalah fenomena umum, tetapi puisi ini membawanya ke tingkat yang ekstrem.
  • Kebutaan karena Cinta: Gairah cinta digambarkan membutakan mata, sehingga Amang tidak bisa melihat kenyataan bahwa gadis pujaannya sudah tidak muda lagi.
  • Khayalan vs. Kenyataan: Ada kontras yang jelas antara khayalan Amang tentang gadis itu dan kenyataan yang mungkin terjadi. Teman-temannya mencoba menyadarkannya, tetapi dia menolak untuk percaya.
  • Kecantikan yang Abadi: Amang bersikeras bahwa gadis itu tetap cantik seperti dulu, bahkan menolak tanda-tanda penuaan. Ini menunjukkan bahwa dia lebih mencintai citra gadis itu di masa lalu daripada dirinya yang sekarang.
  • Referensi Budaya: Penggunaan nama-nama seperti Juliet, Srintil, Siti Nurbaya, dan Cane menunjukkan bahwa Amang membandingkan gadis pujaannya dengan tokoh-tokoh wanita ideal dalam budaya dan sastra.
  • Ketidakmampuan Menerima Kenyataan: Amang tampaknya tidak mampu menerima kenyataan bahwa waktu telah mengubah segalanya. Dia lebih memilih untuk hidup dalam khayalannya tentang masa lalu.

Secara keseluruhan, puisi ini adalah refleksi tentang bagaimana cinta bisa membutakan seseorang dan bagaimana sulitnya menerima perubahan. Puisi ini juga bisa menjadi komentar tentang idealisasi yang berlebihan dan bahaya hidup dalam khayalan.

Identitas Karya

  • Judul: Sempurna
  • Penulis: ESu
  • Tempat & Waktu: Teras Darussalam, Oktober 2025
  • Jenis: Puisi naratif reflektif

Tema dan Makna
Puisi ini mengangkat tema cinta yang idealis dan persepsi kesempurnaan dalam pandangan seorang pencinta. Lewat tokoh “Amang”, penulis menggambarkan bagaimana cinta dapat membutakan logika dan mengekalkan citra sempurna sang kekasih, bahkan melampaui batas waktu dan kenyataan.

Gagasan Utama

  • Cinta sebagai ilusi kesempurnaan: Kekasih digambarkan dengan metafora fisik yang indah dan hiperbolik, menunjukkan betapa cinta mengidealisasi.
  • Konflik antara realitas dan imajinasi: Tokoh lain mencoba menyadarkan Amang bahwa sang gadis telah menua, namun Amang menolak kenyataan.
  • Religiusitas dan penciptaan: Amang meyakini bahwa kesempurnaan sang gadis adalah ciptaan Tuhan yang Maha Sempurna, menambahkan dimensi spiritual pada puisi.

Gaya Bahasa dan Struktur

  • Metafora dan hiperbola: “Pipinya berisi bak pauh dilayang”, “lebih cantik dari Juliet, Srintil, Siti Nurbaya, Cane” — memperkuat kesan idealisasi.
  • Dialog internal: Format percakapan antara Amang dan suara lain memberi nuansa reflektif dan dramatis.
  • Pengulangan kata “sempurna”: Menegaskan obsesi dan keyakinan tokoh terhadap citra kekasihnya.

Nilai dan Relevansi
Puisi ini menyentuh sisi psikologis manusia dalam mencintai: bagaimana kenangan dan perasaan dapat mengaburkan kenyataan. Ia juga mengajak pembaca merenung tentang batas antara cinta, ilusi, dan spiritualitas.

Editor : Akhlanudin

Artikel Terkait

Inshot 20251112 152357756

Koruban Gelar Diskusi Kepemimpinan Bangka…

Intisari Berita Belitung –Komite Reformasi untuk…

Inshot 20251112 022450932

Pemerintah Kabupaten Belitung Buka Program…

intisari Berita Tanjungpandan, 12 November 2025…

Inshot 20251112 003257471

Puisi Puisi Edy Sukardi

Panen ESu Bulan nopemberdan Desemberdi negrikumusim…

Ketika Amang Jatuh Cinta – Media Daulat Rakyat