Intisari berita
- YKAN mengadakan lokakarya di Bangka Belitung untuk meningkatkan kemampuan masyarakat pesisir dalam menghadapi perubahan iklim melalui program Serumpun Babel.
- Kegiatan ini bertujuan menyelaraskan program adaptasi iklim di tingkat desa dengan dukungan pemerintah daerah, mengingat dampak bencana alam yang signifikan di wilayah tersebut.
- Lokakarya ini juga membahas peluang pendanaan dan inisiatif pemerintah terkait adaptasi iklim.
Tanjungpandan, Belitung – Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) menyelenggarakan “Lokakarya Penyelarasan Program Adaptasi Iklim Bangka Belitung” di Tanjung Pandan pada Kamis, 30 Oktober 2025. Lokakarya ini mengangkat tema peningkatan penghidupan masyarakat lokal melalui perlindungan dan restorasi ekosistem mangrove pesisir di Kepulauan Bangka Belitung.
Kegiatan ini merupakan inisiasi dari program Serumpun Babel (konSERvasi hUtan Mangrove PUNya BAngka BELitung) yang bertujuan memperkuat kemampuan masyarakat pesisir dalam menghadapi risiko lingkungan dan perubahan iklim yang semakin tidak menentu.
Lokakarya ini dirancang untuk mendukung sinergi dan kolaborasi antara pemerintah kabupaten, pemerintah desa, dan masyarakat dalam menyelaraskan upaya-upaya untuk mendorong resiliensi di tingkat tapak.
Resiliensi di sini berarti kemampuan masyarakat lokal untuk bangkit kembali saat menghadapi bencana alam.
Berdasarkan “Data Bencana Indonesia 2024”, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mencatat bahwa bencana alam terkait cuaca ekstrem menyebabkan 245 korban mengungsi dan terdampak sepanjang tahun 2024.
Selain itu, bencana banjir menyebabkan 2.964 korban mengungsi dan terdampak, serta 563 rumah terendam banjir. Pengembangan kapasitas masyarakat pesisir dalam menghadapi bencana alam dan perubahan iklim menjadi sangat penting.
Lokakarya ini juga menjadi ajang sosialisasi inisiatif pemerintah dalam mendukung adaptasi iklim, seperti ProKlim (Program Kampung Iklim) dari DLHK, Destana (Desa Tangguh Bencana) dari BPBD, serta PBI (Pembangunan Berketahanan Iklim) dari Bappeda.
Selain itu, kegiatan ini juga memberikan informasi mengenai peluang pendanaan program adaptasi iklim serta penyusunan rencana aksi yang implementatif dan efektif.
Kepala DLH Kabupaten Belitung, Yasa, menekankan bahwa kondisi lingkungan adalah tanggung jawab bersama. Ia berharap lokakarya ini dapat memperkuat koordinasi dan menemukan cara terbaik untuk menyelaraskan program adaptasi di tingkat desa dengan kebijakan daerah dan nasional.
“Saya berharap semua peserta dapat bersama-sama menjaga lingkungan, karena melestarikan dan memulihkan lingkungan yang rusak adalah tugas kita bersama,” kata Yasa.
Narasumber dalam lokakarya ini berasal dari YKAN, DLHK Provinsi Babel, BPBD Provinsi Babel, dan Bappelitbangda Kabupaten Belitung Timur.
Kegiatan ini berlangsung interaktif dengan diskusi kelompok dan sesi pemaparan, yang diharapkan dapat menjadi bahan untuk memperkuat implementasi program adaptasi iklim di tingkat desa.
Diharapkan, lokakarya ini dapat meningkatkan pemahaman berbagai pihak mengenai pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam menghadapi dampak perubahan iklim.
YKAN juga menegaskan bahwa dukungan pemerintah daerah dan masyarakat sangat penting dalam menjaga keberlanjutan ekosistem mangrove serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir.












