
Puisi Edy Sukardi bukan sekadar rangkaian kata, melainkan seruan lembut yang menggugah kesadaran terdalam manusia. Dalam bait-baitnya, tersirat ajakan untuk berhenti sejenak dari hiruk-pikuk dunia, dari ambisi dan rutinitas yang sering membuat kita lupa akan asal dan tujuan hidup.
“Wahai jiwa yang sibuk istirahatlah / tak semua undangan harus kau penuhi…”
Baris ini menyentil kesadaran kita bahwa tidak semua hal perlu dikejar. Ada momen di mana kehadiran bukan soal prestise, melainkan soal keikhlasan dan makna. Edy Sukardi mengajak kita untuk memilah mana yang esensial, mana yang bisa diwakilkan, dan mana yang harus dihadiri dengan sepenuh hati.
Lebih jauh, puisi ini menyentuh dimensi spiritual yang mendalam. Ia mengingatkan bahwa di balik segala pencapaian, ada anugerah Tuhan yang tak pernah lalai. Bahkan ketika manusia lupa dan lalai, Tuhan tetap menjaga. Kesedihan bukan hukuman, melainkan panggilan untuk kembali mengingat-Nya.
“Aku tau engkau menantiku untuk pulang / Kini aku datang…”
Bait penutup ini menyiratkan kerendahan hati dan penyerahan total. Ada rasa malu, ada getar haru, ada pengakuan bahwa perjalanan hidup telah membawa kita jauh, namun pada akhirnya, kita semua akan kembali ke pelataran rumah-Nya.
Refleksi: Puisi ini sangat relevan di tengah zaman yang serba cepat dan penuh distraksi. Ia mengajak kita untuk kembali ke akar spiritual, ke ruang sunyi di mana jiwa bisa beristirahat dan berdialog dengan Tuhan. Sebuah karya yang tidak hanya indah secara estetika, tetapi juga kuat secara etika dan spiritual
Puisi Engkau Menantiku Pulang karya Edy Sukardi, yang dimuat oleh Media Daulat Rakyat pada 8 Oktober 2025:
Dalam puisi Engkau Menantiku Pulang, Edy Sukardi menghadirkan sebuah renungan spiritual yang lembut namun menggugah. Ia tidak sekadar menulis, tetapi menyulam kata-kata menjadi jaring kesadaran yang menangkap kegelisahan jiwa manusia modern—yang sibuk, yang lelah, yang lupa arah pulang.
Tema dan Makna
Tema utama puisi ini adalah panggilan untuk kembali: kembali kepada Tuhan, kepada kesadaran, kepada keheningan batin yang sering terabaikan. Edy Sukardi menyampaikan bahwa dalam hiruk-pikuk dunia, manusia kerap tersesat dalam undangan duniawi yang tak berkesudahan. Ia menulis:
“Wahai jiwa yang sibuk istirahatlah / tak semua undangan harus kau penuhi…”
Baris ini menjadi titik balik dalam puisi, mengajak pembaca untuk memilah mana yang benar-benar penting dan mana yang hanya ilusi kesibukan. Ada ajakan untuk menyederhanakan hidup, untuk menolak godaan yang tidak membawa makna.
Struktur dan Gaya Bahasa
Puisi ini menggunakan gaya tutur yang tenang, reflektif, dan penuh kelembutan. Tidak ada metafora yang rumit, namun justru dalam kesederhanaannya, puisi ini menyentuh. Edy Sukardi memilih diksi yang bersahaja, namun sarat makna spiritual. Ia tidak menggurui, melainkan mengajak berdialog.
Struktur puisinya mengalir seperti doa, dimulai dari pengakuan akan kesibukan dunia, lalu berlanjut pada kesadaran akan kehadiran Tuhan yang setia menanti, dan ditutup dengan penyerahan diri:
“Aku tau engkau menantiku untuk pulang / Kini aku datang…”
Baris penutup ini menjadi klimaks emosional. Ada rasa malu, ada haru, ada kerinduan yang akhirnya menemukan jalan pulang.
Konteks dan Relevansi
Dalam konteks sosial saat ini—di mana manusia dibanjiri informasi, tuntutan, dan ambisi—puisi ini menjadi oase. Ia relevan bagi siapa pun yang merasa lelah, kehilangan arah, atau rindu akan kedamaian batin.
Edy Sukardi tidak menawarkan solusi teknis, tetapi menghadirkan ruang refleksi yang sangat dibutuhkan.
Puisi ini juga bisa dibaca sebagai kritik halus terhadap gaya hidup konsumtif dan serba cepat. Ia mengingatkan bahwa Tuhan tidak pernah jauh, hanya saja manusia sering terlalu sibuk untuk menyadari kehadiran-Nya.
Kesimpulan
Engkau Menantiku Pulang adalah puisi yang sederhana namun dalam. Ia tidak hanya menyentuh sisi estetika, tetapi juga membuka ruang etika dan spiritual.
Edy Sukardi berhasil menyampaikan pesan universal dengan cara yang intim dan menyentuh.
editor : Akhlanudin












