Pemerintah Kabupaten Belitung Timur berkolaborasi dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menyelenggarakan Jelajah Pesona Jalur Rempah (JPJR) Belitung Timur 2022,, kegiatan yang diselenggarakan sejak tanggal 3 September 2022 dan berakhir pada tanggal 7 September 2022 ini ditutup secara resmi oleh Bupati Belitung Timur, Drs. Burhanuddin di Lapangan Yagor, Manggar-Belitung Timur dengan mendengarkan sambutan secara Virtual Oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI
Event JPJR tahun 2022 yang berlangsung 3-7 September 2022 ini merupakan bagian dari program Indonesiana, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI serta event ini menjadi bagian dari Kharisma Event Nusantara Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI.
Belitung Timur dari Masa Lalu
Kepulauan di Nusantara yang terkenal dengan berbagai rempahnya membuat tempat ini didatangi berbagai bangsa dari seluruh penjuru dunia. Pedagang-pedagang dari Asia, Timur Tengah, dan bahkan Eropa menggunakan kapal sebagai alat transportasi utama untuk menempuh jarak panjang hingga sampai ke Nusantara. Hal ini juga membuat salah satu titik di bagian barat Nusantara, khususnya para pelaut yang masuk melalui arah barat Nusantara, selalu melewati perairan Natuna hingga ke laut Jawa.
Pulau Belitung adalah satu di antara titik Nusantara bagian barat yang strategis dan hampir pasti dilalui dan disinggahi banyak kapal. Berbagai bukti banyaknya kapal karam yang ditemukan di perairan Belitung Timur menjadi saksi bisu globalisasi di tempat ini.
Pulau Belitung dikenal memiliki banyak jaringan perairan berupa selat, dermaga-dermaga kecil dan sungai-sungai yang menjangkau hingga ke bagian dalam pulau. Transportasi air berupa kapal kater juga digunakan untuk mobilisasi warga dan pendatang.
Hal ini juga terjadi karena Belitung pada masa lampau, memiliki dua kerajaan yang berpijak di sana, Kerajaan Buding yang menetap di bagian utara dan Kerajaan Balok di bagian selatan. Kedua kerajaan ini berperan penting dalam pembangunan berbagai sarana di sepanjang jaringan transportasi air serta sebagai pintu masuk perniagaan di Belitung.
Kapal-kapal Kater di pantai Belitung (sumber: BPCB Belitung Timur)
Belitung Timur, dari Masa Kini
Pada tahun 2018 hingga 2019 para arkeolog menemukan beberapa situs bekas bangunan Kerajaan Balok. Situs ini cukup besar dan terdiri dari beberapa titik serta letaknya yang berdekatan dengan sungai. Diperkirakan bahwa situs ini merupakan peninggalan dari abad 15 hingga 17 yang bentuk aslinya belum jelas terlihat. Untuk melihat bentuk utuh kerajaan masa silam ini, diperlukan rekonstruksi ulang dan penelitian lebih lanjut oleh para arkeolog untuk menentukan jenis bangunannya, bisa berupa candi, pendopo, atau pesanggrahan.
Menurut Prof. Sonny Chr. Wibisono, M.A., DEA., situs ini menjadi bukti yang kuat akan jaringan perairan yang menjadi sumber kehidupan utama di Pulau Belitung. Apabila telah dipugar dan ditata kembali, situs-situs ini dapat dijadikan tempat wisata sejarah dan budaya di Belitung Timur.
Salah satu situs peninggalan Kerajaan Balok
Selain itu, dengan ditemukannya banyak lokasi shipwreck/kapal karam oleh para arkeolog menjadi bukti penting kedatangan para pedagang di masa lampau yang dipercaya telah menyusuri perairan di sisi timur Pulau Belitung.
Selain itu terdapat dua lokasi besar yang telah diekskavasi yaitu Intan Wreck dan Berlian Wreck, yang pada dua tempat ini turut ditemukan berbagai keramik asal Tiongkok dan Eropa, alat perkakas, dan sisa rempah-rempah. Barang-barang temuan tersebut juga dijumpai di situs kapal karam tersebut, dan dipamerkan di beberapa Galeri terkemuka di Indonesia hingga luar negeri, yakni Galeri Maritim Belitung Timur, Museum Seni Rupa dan Keramik Jakarta, dan juga di beberapa Galeri di Singapura.
Beberapa keramik yang ditemukan di perairan Belitung Timur dan dipamerkan di Galeri Maritim Belitung Timur (sumber: Salsabila Andriana)
Selain temuan di atas, para arkeolog menemukan cangkang-cangkang kemiri dan cendana di situs kapal karam tersebut. Diperkirakan bahwa banyak rempah lainnya yang dibawa oleh para pedagang meski sudah hancur karena termakan usia. Juga ditemukan juga alat pipisan yang berasal dari Nusantara. Alat ini seringkali digunakan untuk menghaluskan rempah-rempah, bumbu, dan jamu tradisional.
Pedagang-pedagang ini diduga membawa berbagai keramik dan kain dari daerah asal mereka untuk diperdagangkan atau dibarter dengan berbagai rempah dan perkakas Nusantara.
Cangkang kemiri dan alat pipisan yang ditemukan oleh arkeolog (sumber: Prof. Ris. Naniek Harkatiningsih)
Dalam catatan bangsa Tiongkok masa lampau, terdapat penjelasan mengenai berbagai istilah rempah dan pengolahan rempah, yang ketika ditelusuri bukan merupakan bahasa Tiongkok, melainkan merupakan istilah-istilah dari Nusantara. Hal ini juga menjadi bukti kuat bahwa globalisasi rempah turut menautkan berbagai tradisi yang ada dan diyakini menjangkau ke berbagai penjuru dunia.
Jejak-jejak yang ada di Belitung Timur, dari masa lampau dan masa kini, menjadi penanda pentingnya peran Belitung Timur pada Jalur Rempah. Sebuah bukti titik strategis Jalur Rempah masa lalu yang global dan melayarkan ribuan kapal asing demi aroma surga.