Laporan Akhlanudin Manggar Bukan Lagi “Kota Melayu”
Sesuai acara di Tanjungpandan, pembekalan caleg PBB oleh Sekjen DPP PBB, Minggu sekitar jam 14.00 WIB saya menuju ke Belitung Timur, dalam perjalanan melewati jalur “Jalan Tengah” nampak beberapa ruas jalan sedang dalam tarap perbaikan, alat-alat berat banyak lalu lalang, pun kecepatan saya kira sudah terlalu “cepat” seharus nya maksimal 60 Km, saya akui kali ini pengerjaan proyek jalan memang ada “marka jalan” silang komunikasi untuk kendaraan dari dua arah dengan handy talky, sehingga keselamatan pengguna jalan bisa aman berkendara
Minggu saya sempat kan full cek lokasi salah satu nya “proyek kulong minyak” yang deadline hingga September 2023 yang saya kira mustahil bisa selesai tepat pada waktu (dan semoga tidak menjadi masalah proyek mangkrak masing-masing cuci tangan).
Jelang malam saya sempat kan berkunjung ke salah satu Warung Kopi depan “Tugu Warkop” Manggar, jelang tengah malam pengunjung warkop masih ramai, budaya ngopi sambil bertukar cerita masih menjadi bagian dari kisah kota Manggar kekinian.
Namun saya kaget karena di Rumah Makan “Bandung River”yang dulu tempat favorit bercengkrama dengan sajian makanan “gangan Belitung” kini sudah tak ada lagi, di lokasi itu penuh dengan “wanita nakal” kebetulan pas saya datang mereka sedang ribut sehabis menegak miras para perempuan itu keluar sambil mengganggu pengunjung di warkop sebelah nya dengan kondisi “teller berat”
Lebih aneh tak nampak patroli dari unsur kepolisian ataupun satpol PP, dan lokasi itu bebas, sebebas “KaliJodoh” sebelum di tertibkan, ini kah budaya “Bangkit dan Berdaya” entah lah saya kurang paham mengapa sekarang begitu tidak terkendali nya penjualan Miras di “Rumah Makan” dan warung-warung
Masuk ke pasar manggar “Rumah Judi” berkedok permainan ketangkasan buka dengan bebas, padahal lokasi nya berdekatan dengan rumah ibadah “Gereja”, himbauan kapolri untuk melarang “Judi” dalam bentuk apapun ternyata tidak belaku di wilayah hukum Belitung Timur
Pada tahun 2016 pas Gerhana Matahari saya sempat menulis tentang kehidupan malam di Kota Manggar, salah satu nya lokasi “PI” yang memang hingga kini menjadi sarang “adek-adek”, dari tulisan saya dahulu sempat meredam aktivitas “Kupu-kupu malam”
Tahun 2023 nampak sudah tidak ada lagi “Kontrol Masyarakat” semua bebas, lebih bebas dari kota Jakarta sekalipun.