pers-scaled.jpg
 20230731_193802.gif
 323276293_566466371650625_8427709249684468411_n-scaled.jpg

Tanjungpandan, 12 November 2023 | Berkunjung ke Belitung tidak lengkap bila tidak hunting ke warkop, istilah orang Belitung “mun la tekenak aik belitong susah balik” (bila telah meminum air Belitung pasti akan rindu Belitung)

Sebagai pusat kota Pariwisata di Tanjungpandan banyak menyajikan “warung kopi” dengan beragam varian penyajian untuk menarik pengunjung, salah satu yang menarik adalah “Kopi Janggut” yang di Kelola oleh Seniman Puisi Belitung Diran, pengunjung di hibur dengan live music dan musikalisasi puisi oleh Diran langsung

Selamat Datang Para Kaum Penjelajah, Disini Pesta Malam Mu Wahai Kaum Pengembara ini lah tulisan di panggung “live music” Kopi Janggut, dan memang warung Kopi ini buka selepas Isya hingga larut malam.

Kopi malam itu, dengan sajian penampilan Puisi Diran, bak  seniman Lukis , mereka yang sedang aksi membawa cat dan kuas, tentu lebih membahana semangatnya. Lebih terukur gerakan menyapukan kuasnya pada obyek yang hendak dicat. Asupan kafein dari kopi juga akan mampu membuat sinergi maksimal dengan imajinasi dan malam pun menjadi larut.

Diran menyebutkan bahwa tradisi kopi nya di turunkan dari mbah nya yang memang berasal dari Jawa, karena diri nya berjanggut maka diberilah nama usaha nya “Kopi Janggut”

Disinggung tentang tidak ada nya pegawai di warkop nya dan hanya dilayani oleh Diran beserta Istri dan kedua anak nya, Penyair ini menyebut “pasang surut” jadi belum bisa menggaji “karyawan”

“Seperi air pasang surut, ada kala nya ramai, ada kala nya sepi” Ujar Diran

Bisnis ini memerlukan ketekunan apalagi Jangan lupa ya; tukang kopi, para penikmat kopi, para peminum kopi, pekebun kopi, petani kopi, makelar kopi, pegiat kopi,  semua stakeholder kopi itu adalah budayawan.

Budayawan? Bagaimana bisa disebut budayawan? Mana bisa? Di Belitung mulai dari Tanjungpandan hinggu ke Timur kota Manggar, aktivitas ngopi yang begitu masifnya di semua lapisan masyarakat memunculkan istilah budaya ngopi. Istilah ini kemudian ditahbiskan secara sadar di banyak arena.

Sebagai konsekuensi logis dari penyebutan budaya ngopi itu maka dalam rumus dan hukum perbahasaan (dalam hal ini Bahasa Indonesia,) semua yang terkait dengan budaya ngopi pelakunya disebut budayawan. Akhiran (wan) jelas menunjuk pada pelaku. Wan adalah orang.

Tak elok rasanya menutup malam tanpa “seruput kopi”. Karena kopi mampu dan bisa menjadi bagian dari energi perjuangan. Jangan lupa juga, stakeholders kopi adalah budayawan. Jadi wajib rasanya ikut nyemplung berkubang “nikmat nya Ngopi” dan malam.


About Post Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *