Belitong (sebutan masyarakat daerah setempat) atau yang lebih familiar dengan Pulau Belitung, dulunya dikenal dengan nama Billiton (cara penulisan Belanda) sebuah pulau yang terletak di lepas pantai bagian timur Sumatera yang diapit oleh 2 selat yaitu Selat Gaspar dan Selat Karimata. Belitong juga dikenal dengan sebutan Negeri Laskar Pelangi yang mana memiliki sejuta pesona alam dengan keindahan pantai yang dikelilingi oleh batu granit unik, hamparan pasir pantai berwarna putih, keindahan bawah laut serta terumbu karang yang terhampar di gugusan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Selain terkenal dengan pesona alam nan indah, Belitong juga dikenal sebagai salah satu daerah penghasil timah terbesar di Indonesia. Dikutip dari kompas.com, Belitong menjadi daerah urutan pertama penghasil timah terbesar di Indonesia dan diurutan selanjutnya adalah Kepulauan Riau serta Kalimantan Barat.
J.F den Dekker
Pada tahun 1851, di wilayah Pulau Belitong bagian timur terbentuk perusahaan partikelir (swasta) tambang timah asal Belanda bernama NV. Billiton Maatschappij. Tujuan perusahaan tersebut dibentuk yaitu untuk mengendalikan beberapa tambang timah yang ada di Pulau Belitong yang akhirnya mendominasi sejarah timah di Pulau Belitong serta sejarah berdirinya salah satu kota di sisi timur Pulau Belitong yaitu Kota Manggar. Kini NV. Billiton Maatchappij sudah berubah dan dikenal dengan nama BHPBilliton. Baik NV. Billiton Maatschappij maupun BHPBilliton memiliki kesamaan makna nama dengan Pulau Belitong yaitu Billiton. Sejak saat itu, perkembangan tambang timah Pulau Belitong meningkat sangat pesat. Hal ini juga berkaitan erat dengan kisah para pioner penambang timah Pulau Belitong, salah satunya bernama Johannes Fredrik den Dekker. Orang pertama yang membuka rahasia dari keberadaan butiran pasir timah saat investor-investor swasta Belanda berdatangan ke Pulau Belitong sekitar tahun 1851.
\
J.F den Dekker bersama Pioner Perintis Tambang Timah Belitong lainnya
Johannes Fredrik den Dekker atau J.F den Dekker merupakan seorang pribumi yang menjadi salah satu diantara pioner perusahaan tambang timah di Belitong (Billiton). Pria kelahiran Minahasa, Sulawesi Utara ini awalnya bekerja dengan Pemerintah Hindia-Belanda sebagai klerk atau juru tulis yang ditempatkan di Kantor Syahbandar (Havenmeester) di Pelabuhan Toboali, Kabupaten Bangka Selatan. Secara struktural dalam merintis tambang timah di wilayah timur Pulau Belitong, J.F den Dekker menjabat sebagai kepala distrik tambang pertama (Districtsadministrateur). Dikutip dari salah satu kutipan pada buku Billiton Tahun 1852-1927 yang dibuat setelah 66 tahun lamanya Distrik Manggar ini dirintis oleh J.F den Dekker, menyebutkan bahwa Distrik Manggar dibuka pada tahun 1961 dengan nama Burong Mandi – Lenggang yang berpusat di Sungai Lolo, Kampong Burong Mandi. Dalam perjalanannya, tahun 1862 J.F den Dekker menemukan sebuah tempat yang disebut dengan “Nipah Malang” berada tepat di sisi sungai Manggar. Sejak saat itulah pusat distrik yang semula berpusat di Sungai Lolo, Kampong Burong Mandi dipindahkan ke sebelah kanan Sungai Manggar (Manggar lama).
Sungai Manggar
Dalam buku yang berjudul HERINNERINGEN AAN BLITONG: Historisch, Lithologisch , Mineralogisch , Geographisch , Geologisch en Mijnbouwkundig, insiyur tambang Pemerintah Hindia – Belanda yang juga termasuk dalam daftar pioner perusahaan tambang timah Billiton bernama Cornelis De Groot menceritakan bahwa awal dari pemberian nama untuk pusat distrik baru ini membuat perbedaan pendapat antara dua pejabat tinggi penambang timah Billiton yaitu J.F den Dekker dan Hoofdadministratie F.W.H. Von Hedemann yang pada saat itu merupakan kepala administratur distrik yang membawahi seluruh kepala distrik. Selaku kepala distrik pertama, J.F den Dekker menginginkan wilayah kerja barunya nanti dinamai dengan nama Distrik Burong Mandi. Sedangkan Hoofdadministratie F.W.H. Von Hedemann menginginkan nama Lenggang yang diambil dari nama sebuah sungai terbesar di wilayah distrik baru tersebut. Akibat dari perbedaan pendapat tersebut, nama distrik baru di wilayah timur Pulau Belitong ini sempat dikenal dengan nama Distrik Burong Mandi-Lenggang.
Kantor administratur Billiton Maatschappij di Mangar, Belitung Timur – KITLV
Menurut Cornelis De Groot, ia dimintai untuk membuat pilihan nama yang cocok untuk ibukota dari distrik baru tersebut. Dari kedua nama yang diperdebatkan oleh J.F den Dekker dan Hoofdadministratie F.W.H. Von Hedemann yaitu Burong Mandi dan Lenggang, Cornelis De Groot akhirnya mengambil nama dari sebuah sungai ditengah-tengah distrik tambang yang sudah ia tunjuk dan diyakini olehnya akan membuat ibukota pusat distrik yang baru menjadi berkembang yaitu Manggar (Sungai Manggar tempat penemuan Nipah Malang oleh J.F den Dekker). Sehingga pada tahun 1866, pusat distrik tambang timah baru yang sebelumnya dikenal dengan Distrik Burong Mandi – Lenggang diubah menjadi Distrik Manggar dan ditetapkan di Manggar. Dikutip dari KPSB Peta Belitung, perubahan – perubahan tersebut dapat dilihat dalam lampiran buku karya P.H. Van Der Kemp berjudul Billiton-Opstellen yang diterbitkan tahun 1886 di Batavia.
Dalam karya sastra yang ditulis oleh sahabat dekat J.F den Dekker sekaligus seorang juru tulis asal Sijuk yang bernama Datuk Entjik Mohammad Arsyad bin Lendoet berjudul Saer Perjalanan Toen JF Den Dekker dan anaknya L.Den Dekker berisikan tentang riwayat hidup tokoh pertambangan timah Belitong yaitu J.F den Dekker. Datuk Enjik Mohammad Asyad bin Lendoet berkisah bahwa walaupun bukan seorang insinyur tambang dan juga tidak memiliki pendidikan yang tinggi, J.F den Dekker berhasil meraih kesuksesan dalam dunia pertambangan timah di Pulau Belitong. Bahkan kesuksesan dari J.F den Dekker itu pun dipuji langsung oleh para pimpinan tertinggi NV. Billiton Maatschappij. Salah satu dari kesuksesan seorang J.F den Dekker dalam dunia pertambangan timah Pulau Belitong yaitu J.F den Dekker sukses memimpin beberapa tambang timah yang memiliki tingkat kekayaan yang tinggi seperti tambang parit timah Asam Lobang dan tambang timah terkaya di Manggar yaitu tambang timah parit Bengkuang (yang kini merupakan Kulong Minyak, Manggar).
Tahun 1881, J.F den Dekker pensiun dari jabatannya. Sepeninggalan J.F den Dekker, pembangunan tambang timah Distrik Manggar tetap berkembang, baik dalam pembangunan sarana prasarana akses jalan maupun jembatan penghubung lainnya. Tidak hanya itu, pada Distrik Manggar juga dibangun gudang (kawasan) pemukiman yang diperuntukan untuk orang Belanda yang bertugas sebagai pejabat NV. Billiton Maatchappij. Di masa pensiunnya, J.F den Dekker meneruskan perjalanannya ke Daerah Timor dan Pahang Malaysia dengan tujuan yang sama yaitu mencari butir pasir timah. Selanjutnya, perjalanan J.F den Dekker ini lanjutkan oleh salah satu putranya yang bernama Lois den Dekker bersama dengan rekan semasa pada saat di Belitong yaitu Kapiten Ho A Joen dan Lim A San.
Menghabiskan masa tuanya, diketahui J.F den Dekker menetap di suatu daerah Kampung Pebaton di wilayah Bogor, Jawa Barat (dulunya disebut dengan Buitenzorg) dengan uang pensiun £1000 per bulan dan penghasilan dari beberapa asset lain yang ia punya salah satunya seperti hasil dari kebun kopi seluas ± 228 hektar di Sukabumi, Provinsi Jawa Barat yang ia beli pada tanggal 27 Juli 1875 seluas 200 bahu (tahap pertama), kemudian pada tanggal 18 Desember 1877 seluas lebih dari 122 bahu (tahap kedua). Data kepemilikan kebun kopi tersebut tercatat dalam Regeeringsalmanak voor Nederlandsch-Indie tahun 1880. Pada tanggal 19 Juli 1898 J.F den Dekker wafat dan dimakamkan di Perkuburan Eropa Bogor, Jawa Barat.
Potret J.F den Dekker di Kebun Kopi Sukabumi, Jawa Barat
Hingga saat ini masih terdapat beberapa keturunan dari J.F den Dekker yang tertinggal di Kota Manggar, namun ada juga yang sudah kembali ke Belanda. Salah satunya adalah keluarga saya. Keluarga saya merupakan keturunan J.F den Dekker dari salah satu putranya yaitu Lois den Dekker. Sebenarnya masih terdapat satu anak J.F den Dekker yang lainnya yaitu bernama Hendrik den Dekker. Akan tetapi tidak diketahui dimana saja keturunan-keturunan yang lainnya berada . Berikut adalah urutan keturunan J.F den Dekker di keluarga saya dari Lois den Dekker :
Keterangan:
1. | Lois den Dekker | : | Keturunan pertama |
2. | Naisah binti Lois den Dekker | : | Keturunan kedua |
3. | Hapsah binti Abdul Kadir | : | Keturunan ketiga |
4. | Asman bin Hasan, Sopiah binti Hasan, Nurjanah binti Hasan, Nurmi binti Hasan, M. Yamin bin Hasan dan Hartati binti Hasan | : | Keturunan keempat |
5. | Anasri bin Saridin, Hasnul Erwandi bin Saridin, Alm. Heryadi bin Saridin dan Ferly Yudiansyah bin Saridin | : | Keturunan kelima |
6. | Meyke Nurtikasary, Vheditya Putri Jianti dan Tessar Febriansyah | : | Keturunan keenam |
Diketahui bahwa saat ini, nama J.F den Dekker tertulis di sebuah batu prasasti yang mana sekarang prasasti tersebut berada di salah satu museum yang terletak di Kota Tanjung Pandan, Kabupaten Belitung yaitu Museum Tanjungpandan.
Penulis : Meyke Nurtikasary
Sumber :
2. https://id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Belitung3. https://belitung.tribunnews.com/2017/01/20/sejarah-belitung-timur-ini-kisah-perjalanan-yang-menginspirasi-berdirinya-kota-manggar
4. https://tirto.id/billiton-maatschappij-dalam-pusaran-sejarah-bSYM
5. https://koransulindo.com/jejak-kapitalisme-di-belitung-timur/
6. https://www.petabelitung.com/2019/04/riwayat-den-dekker-pria-kelahiran.html7. https://www.petabelitung.com/2020/09/menelisik-sejarah-distrik-tambang-timah.html
8. https://koransulindo.com/jejak-kapitalisme-di-belitung-timur/
9. https://www.petabelitung.com/2020/10/bos-timah-manggar-beli-kebun-kopi.html