pers-scaled.jpg
 20230731_193802.gif
 323276293_566466371650625_8427709249684468411_n-scaled.jpg

Napak tilas di daerah sejarah pertambangan timah, yakni Manggar tidak terlepas dari beerapa icon yang kini terlupakan, salah satu nya Pelabuhan Manggar yang merupakan sebuah pelabuhan Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan yang berada di Sungai Manggar, Kabupaten Belitung Timur. Kawasan pelabuhan sungai ini berjarak hanya sekitar 800 meter dari muara sungai yang berujung di Laut Jawa, atau 200 meter saja jaraknya dari Vihara Dharma Suci, beralamat di  Jl. Lipat Kajang No. 1 Manggar, Desa Baru, Kecamatan Belitung Timur Selatan, Kab. Belitung Timur.

Pelabuhan ASDP Manggar ini memiliki dua buah dermaga. Dermaga yang ada di sisi sebelah kiri berbentuk lurus mengikuti alur sungai sepanjang 75 meter dengan lebar 10 meter, sedangkan dermaga yang satu lagi bentuknya seperti huruf L dengan sisi panjang sejajar sungai.

Tidak terlihat ada kapal tambat di dermaga ini. Hanya pagar-pagar beton dan tiang-tiang lampu berjajar yang menghiasi dermaga yang terlihat masih relatif baru itu. Namun pandangan jauh kadang menyesatkan, karena belakangan baru saya ketahui bahwa perahunya sandar dibalik dermaga, sehingga tersembunyi dari penglihatan. Mengapa di belakangnya, mungkin agar lebih terlindung.

Pelabuhan ASDP Manggar ini rupanya baru diresmikan pada 2011 lalu, dimaksudkan sebagai tempat labuh kapal roro dengan rute Manggar ke Ketapang di Kalimantan Barat. Jarak lurus Manggar di sisi Timur Pulau Belitung ke Ketapang di sisi Barat Pulau Kalimantan ini sekitar 200 km, arah ke Timur Laut.

Beberapa orang pria tengah memancing ikan di dermaga Pelabuhan ASDP Manggar, namun tidak terlihat ada orang yang menebar jala. Selain sebagai tempat memancing ikan, dermaga Pelabuhan ASDP Manggar ini juga digunakan sebagai tempat nongkrong bagi anak-anak muda setempat

Sebuah kapal lainnya dengan badan memanjang tengah tambat di dermaga Pelabuhan ASDP Manggar, terikat pada patok silinder tanpa kepala, namun ada empat jeruji baja sebesar jempol kaki yang menahan tali agar tidak lepas ke atas.

Ban-ban bekas digantungkan di badan perahu untuk menyerap tenaga benturan antara badan kapal dengan beton dermaga, serta benturan dengan kapal-kapal lain yang juga juga tengah sandar. Permukaan Sungai Manggar terlihat tenang, mungkin karena bentang sungai yang begitu lebar dan tempatnya yang terlindung dari hempasan langsung angin laut.

Ketika saya mendapat pesan singkat dari Hiu Yudi Pengestu bahwa diri nya bersama dengan tokoh masyarakat Belitung Timur berencana melaksanakan serangkaian kegiatan menggelorakan Kembali wahana Pelabuhan Manggar, saya kebetulan memang sedang berada di Belitung Timur menyanggupi undangan tersebut.

Dalam diskusi ringan di warung kopi milik Ayung terlontar beberapa gagasan kreatif, di antara nya agar kegiatan girah Pelabuhan Manggar ini juga mengenang sejarah Belitung Timur, “Hadir ek la yuk kite saksikan ramai ramai Pasar Malam dan Hiburan Rakyat “Festival Ngembarik Kite Doeloek”

Tokoh masyarakat Belitung Timur Hiu Yudi Pangestu di damping oleh Nur Masase menyatakan bahwa pemerintah perlu mendalami alur sungai Manggar yang menjadi urat nadi keluar masuk kapal dan barang, setidak nya harus di gali dari sisi kiri dan kanan sekitar 10 Meter agar kapal-kapal barang dan penumpang bisa masuk ke dermaga sandar.

Hiu Yudi Pengestu yang akrab di panggil ayung ini pun menandaskan bahwa Pelabuhan Manggar sudah mempunyai infrastruktur yang cukup memadai, tetapi masih memiliki permasalahan sengketa dengan pihak swasta. Untuk itu, mari kita bersama-sama untuk menyelesaikan masalah ini, karena kalau ini terbuka betul, Isolasi Belitung Timur akan segera terbuka. Selain itu, Ayung pun meminta bantuan agar Belitung Timur dapat menggunakan Kapal Ro-Ro untuk melayani perjalanan ke jakarta agar lebih efektif, sehingga harga bahan baku di Kabupaten Belitung Timur lebih terjangkau.

(catatan kecil Akhlanudin di Belitung Timurm 4 Agustus 2022)

About Post Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *