pers-scaled.jpg
 20230731_193802.gif
 323276293_566466371650625_8427709249684468411_n-scaled.jpg

Manggar, Belitung Timur | Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Provinsi Kepulauan Bangka-Belitung mengungkapkan sebanyak 10.965 keluarga di Kabupaten Belitung Timur masuk kategori Keluarga Berisiko Stunting. Kurang layaknya infrastruktur lingkungan dan pernikahan di usia remaja di bawah 21 tahun menjadi indikator penyumbang terbesar.

Keluarga Berisiko Stunting adalah keluarga yang memiliki satu atau lebih faktor risiko stunting yang terdiri dari keluarga yang memiliki anak remaja puteri/calon pengantin/Ibu Hamil/anak usia 0  – 23  bulan/anak usia 24 – 59  bulan berasal dari keluarga miskin, pendidikan orang tua rendah, sanitasi lingkungan buruk, dan air minum tidak layak.

Hal ini diungkapkan Koordinator Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KBKR) Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Yudi Rafani saat Kegiatan Desiminasi Audit Kasus Stunting di Kabupaten Beltim Tahun 2022 di Ruang Satu Hati Bangun Negeri, Kamis (29/9/22).

“Ada 13 indikator untuk menetapkan keluarga berisiko stunting. Salah satunya kebiasaan merokok, misalnya di keluarga ada yang merokok maka masuk ke dalam Keluarga Berisiko Stunting,” ungkap Yudi.

Menurut Yudi banyaknya pernikahan usia pasangan di bawah 21 tahun yang membuat jumlah keluarga berisiko stunting di Kabupaten Beltim cukup tinggi. Ditambah kurang layaknya infrastruktur perumahan atau sanitasi lingkungan yang kurang baik.

“Usia ibu di bawah 19 tahun sama infrastrukturnya yang kurang layak. Kalau idealnya pasangan atau wanita yang menikah itu di atas 21 tahun,” ujar Yudi.

Namun dari jumlah tersebut, kata Yudi, tidak semuanya akan dijadikan sasaran pendampingan untuk tim audit stunting. Pendampingan hanya untuk keluarga berisiko tinggi yakni hanya 1.899.

“Tidak semua, hanya yang berisiko tinggi. Misalnya keluarganya berpendidikan rendah terus akses ke sarana air bersih serta sanitasinya buruk,” kata Yudi.

Yudi menekankan angka keluarga berisiko stunting yang diambil dari verifikasi pendataan keluarga verval selalu fluktuatif. Jadi jumlahnya bisa berubah dari waktu ke waktu.

Targetkan Penurunan Angka Stunting di Bawah Satu Persen

Sementara itu Wakil Bupati Beltim Khairil Anwar menargetkan akan menekan angka bayi stunting di Kabupaten Beltim. Dari tiga persenan saat ini menjadi di bawah satu persen di tahun 2024 mendatang atau kalau bisa menjadi zero stunting.     

Berdasarkan data Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Beltim tahun 2022 ini jumlah stunting Bayi Bawah Lima Tahun (Balita) di Kabupaten Beltim mencapai 315 bayi atau 3,77 persen. Sedangkan Bayi di Bawah Dua Tahun (Baduta) mencapai 107 atau 3,94 persen.  

“Target stunting kita harus turunkan. Kalau sekarang di tiga persen kita harus turun jauh di bawah itu lagi,” kata Khairil usai memimpin Kegiatan Desiminasi Audit Kasus Stunting di Kabupaten Beltim Tahun 2022 di Ruang Satu Hati Bangun Negeri, Kamis (29/9/22).

Khairil yang juga merupakan Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten Beltim menyatakan untuk mewujudkan target tersebut butuh kerjasama dari berbagai pihak, untuk mewujudkan penurunan angka stunting.

“Peran penting dari OPD terkait, pemerintah desa serta berbagai stake holder lainnya untuk berkolaborasi dan memiliki tanggung jawab yang sama dalam menurunkan angka stunting ini,” ujar Khairil.

Diakuinya selain faktor ekonomi dan pendidikan orang tua, kepedulian orang tua terhadap anak juga menjadi faktor yang mempengaruhi kondisi bayi stunting.  

“Nah memberikan pemahaman terhadap orang tua itu juga, baik dari Dinas terkait maupun tokoh agama. Karena banyak kasus stunting terjadi karena orang tua kurang peduli akan gizi anak,” ungkapnya. @2!  

About Post Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *