pers-scaled.jpg
 20230731_193802.gif
 323276293_566466371650625_8427709249684468411_n-scaled.jpg

Mari kita mengenal salah satu tokoh pejuang dan pahlawan yang berasal dari Sumatera Selatan. Beliau termasuk salah satu generasi utama angkatan 28 (Sumpah Pemuda) bersama Moch. Yamin, Amir Syarifuddin dll. Lulusan sekolah kedokteran di Stovia Batavia.

Juga pemain film, salah satunya berjudul “Asmara Moerni” dan memegang peran utama (1941) . Di saat itu seorang pemimpin menjadi pemain film menimbulkan pro kontra di kalangan masyarakat : atas kepantasan dan ketidakpantasan seorang pemimpin rakyat bermain film. Ketika itu jabatannya adalah Residen Palembang (sebelum Kemerdekaan).

Sesudah Kemerdekaan, tepatnya di tahun 1946, ia diangkat menjadi Menteri Kemakmuran, juga menjadi Sub-Gubernur Sumatera Selatan, Menyusun organisasi dan koordinasi Tentara Republik Indonesia. Menjadi Wakil Kementerian Pertahanan di Sumatra, Menjadi Komandan Sub-Kommandemen satu di Sumatera Selatan, dan segudang jabatan lainnya.

Bila orang belum kenal dekat, pasti bertanya-tanya bagaimana beliau membagi waktu untuk mengerjakan sejibun pekerjaan. Namun bila sudah bertemu langsung dengan orangnya, langsung jatuh simpati dari bagaimana beliau bersikap, berbicara bahkan ketika beliau tertawa.

Tokoh yang dimaksud ini adalah Adnan Kapau Gani atau yang lebih dikenal di literatur sejarah bangsa Indonesia sebagai Dr A.K. Gani. Di era beliau masih hidup, personality (kepribadian) dr. A.K Gani sering dimiripkan dengan Presiden Filipina bernama Manuel Quezon yang dipanggil oleh rakyat Filipina sebagai “The greatest politician in the Far East”

Dr. A.K. Gani berasal dari keluarga Petani di Palembajan, 40 km dari Bukittinggi, Sumatera Barat. Di era revolusi kemerdekaan antara 1946-1949, beliau banyak terlibat dalam perundingan-perundingan melawan pihak Belanda yang ingin mempertahankan kekuasaannya di Indonesia. Salah satunya ketika perundingan Linggarjati. Beliau tidak banyak bicara, tetapi ketika perundingan menghadapi jalan buntu, AK Gani baru mengeluarkan ide-idenya yang praktis yang dapat membuka berbagai kebuntuan perundingan. Beliau tidak berbicara dari sisi juridiksi atau ketatanegaraan, ia lebih mengutamakan maksud dan tujuan perundingan secara praktis, tidak mau dipusingkan dengan benar tidaknya penempatan titik koma dalam penyusunan naskah.

Setelah perundingan Linggarjati ditandatangi, beliau sempat ditanya wartawan tentang apakah beliau akan bermain sandiwara/film lagi. Jawaban Dokter A.K Gani “ Saya sekarang juga main sandiwara. Politik toh sandiwara”

Berkat keberhasilan dan kelihaian dalam setiap perundingan dan diplomasi, beliau banyak mendapat julukan. Dalam buku “Who’ Who” Indonesia tahun 1947 mendapat julukan “The greates smuggler in Southeast Asia”. Ia tak peduli dengan berbagai julukan tersebut karena ia seorang politisi yang “I know what I want”. Tak salah bila TB Simatupang menyebut A.K. Gani sebagai salah satu tokoh yang paling “Colourful” dalam sejarah Indonesia. Karena beliau pernah menjadi bintang film, pemimpin pergerakan, gubernur militer, penulis di berbagai media cetak, dan tetap menjalankan profesinya sebagai seorang dokter. Dokter Adnan Kapau Gani meninggal dunia pada bulan Desember 1962.

Sumber: Minggu Merdeka, 30 Maret 1947 hal 2 & Sinar Harapan, 28-12-1968 hal 2. Koleksi Surat Kabar Langka Salemba-Perpustakaan Nasional RI (SKALA-Team).

About Post Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *