pers-scaled.jpg
 20230731_193802.gif
 323276293_566466371650625_8427709249684468411_n-scaled.jpg

Jakarta: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) berhasil mengidentifikasi adanya sesar baru yang menjadi penyebab gempa Sumedang. Sesar baru penyebab gempa pada 31 Desember 2023 lalu tersebut diketahui belum pernah terpetakan sebelumnya. 

“Memperhatikan sebaran gempabumi susulan, tatanan tektonik, dan analisis mekanisme sumbernya, gempa bumi tersebut disebabkan oleh Sesar Aktif yang melewati Kota Sumedang yang semula belum terpetakan. Untuk selanjutnya sesuai analisis data seismisitas BMKG disebut Sesar Sumedang,” kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (8/1/2024).

Sebelumnya, Kabupaten Sumedang diguncang gempa berkekuatan 4,8 magnitudo dengan lokasi episenter pada koordinat 6,85 derajat Lintang Selatan dan 107,94 derajat Bujur Timur. Atau tepatnya di darat pada jarak 2 km Timur Laut dari pusat Kota Sumedang, Jawa Barat, dengan kedalaman pusat gempa 5 km dari permukaan bumi. 

Berdasarkan analisa BMKG, gempa tersebut diawali dengan dua gempa pendahuluan, yang terjadi pada pukul 14.35 WIB berkekuatan M4,1 dan pukul 15,38 WIB berkekuatan M3,4. Kemudian diikuti beberapa kali gempa susulan dengan kekuatan bervariasi antara M2,4 – M4,5.

“Kabupaten Sumedang merupakan wilayah rawan gempa dengan sumber gempa berasal dari zona tumbukan Lempeng Indo-Australia dan Eurasia di Samudera Hindia. Selain itu juga beberapa sesar aktif di daratan yang sudah terpetakan, seperti Sesar Cimandiri, Sesar Cugenang, Sesar Lembang, Sesar Cipamingkis, Sesar Garsela, Sesar Baribis, Sesar Cicalengka, Sesar Cileunyi-Tanjungsari, Sesar Tomo dan Sesar Cipeles, serta beberapa sesar aktif lainnya yang belum terpetakan,” ujar Dwikorita memaparkan.

Gempa yang terjadi di Sumedang, merupakan gempabumi kerak dangkal (shallow crustal earthquake). Gempa ini disebabkan aktivitas sesar aktif dengan mekanisme sumber merupakan kombinasi antara pergerakan mendatar dan naik (oblique thrust fault), berarah cenderung Utara-Selatan. 

Hasil monitoring dampak kerusakan akibat gempa secara visual (makroseismik) dan dengan menggunakan peralatan akselerograf, menunjukkan bahwa guncangan gempa tersebut mencapai skala intensitas V-VI MMI (Modified Mercalli Intensity). Ini berarti guncangan kuat dan menimbulkan kerusakan, meski skala magnitudonya tidak terlalu besar.

“Berdasarkan Katalog Gempa Bumi Merusak dari BMKG, wilayah Sumedang sebelumnya telah mengalami gempabumi sebanyak dua kali. Yaitu pada tanggal 14 Agustus 1955 yang menyebabkan banyak kerusakan bangunan, dan pada tanggal 19 Desember 1972 dengan kekuatan M4,5 yang mengakibatkan kerusakan bangunan dan longsoran,” ucap Dwikorita.

Gempa yang terjadi pada 31 Desember 2023 lalu tidak hanya dirasakan di Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Bandung saja. Namun juga dirasakan hingga Kota Bandung, Kabupaten Sumedang, hingga Kabupaten Garut.

Menurut Dwikorita, BMKG telah bersinergi dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang (BPBD), BNPB, SAR, dan Kementerian Sosial untuk menenangkan warga dengan memberikan literasi dan edukasi kegempaan. Serta langkah-langkah mitigasi dan penyelamatan diri yang harus dilakukan sebelum, saat, dan sesudah terjadinya gempa. 

BMKG pun telah melakukan survei dan sejumlah kajian. Di antaranya survei seismisitas, survei makroseismik, survei mikrozonasi, survei deformasi, pemotretan udara dengan lidar, evaluasi morfotektonik, dan survei struktur sesar bawah permukaan. 

“Sejumlah rumusan rekomendasi BMKG telah disampaikan kepada pemerintah daerah dan berbagai pihak terkait. Rekomendasi tersebut adalah, pertama, evaluasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumedang dengan mempertimbangkan Peta Zona Bahaya Gempa serta pelamparan sesar aktif (Sesar Sumedang). Kedua, evaluasi dan penerapan Building Code (aturan standar bangunan tahan gempa) berdasarkan Peta Mikrozonasi berbasis Peak Ground Acceleration (PGA),” kata Dwikorita.

Kemudian ketiga, edukasi dan sosialisasi kebencanaan yang berkesinambungan, terkait potensi bencana gempa maupun bahaya ikutannya, serta potensi bencana hidrometeorologi. Dan keempat, masyarakat harus terus didampingi dan diingatkan agar tidak terpengaruh isu-isu yang tidak jelas sumbernya.

Menurut laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat, gempa Sumedang mengakibatkan 10 orang luka-luka dan 138 rumah rusak yang tersebar di Kabupaten Sumedang, meliputi Kecamatan Sumedang Utara, Sumedang Selatan, Tanjungmedar, Tanjungkerta, Jatinangor, Pamulihan, Rancakalong, dan Surian. Serta Kabupaten Bandung, yakni Kecamatan Arjasari dan Cicalengka.

“BMKG siap mendukung penuh program edukasi dan literasi kebencanaan kepada masyarakat. Kami juga mengimbau kepada masyarakat agar memonitor perkembangan informasi dari BMKG yang disampaikan melalui berbagai platform resmi, media atau melalui posko utama,” ujar Dwikorita.

“Kami pun melakukan survei untuk memetakan aktivitas dan sebaran gempabumi serta mengetahui secara detail penyebab utama terjadinya gempabumi tersebut, termasuk mengidentifikasi dan memvalidasi jalur sesar.”

About Post Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *