pers-scaled.jpg
 20230731_193802.gif
 323276293_566466371650625_8427709249684468411_n-scaled.jpg

Pertemuan Presiden Jokowi dengan Surya Paloh di Istana Negara pada Minggu (18/02) malam memicu banyak spekulasi. Mulai dari dugaan bahwa Surya Paloh dan Partai NasDem diajak masuk koalisi pemerintahan Prabowo-Gibran hingga “penjinakan” agar Surya Paloh menerima kekalahan dalam kontestasi Pilpres 2024.

Pengamat komunikasi politik dari Universitas Multimedia Nusantara, Silvanus Alvin, mengatakan pertemuan antara Presiden Jokowi dengan Ketua Umum Nasdem Surya Paloh menjadi “magnet besar” bagi publik.

Sebab dalam Pilpres 2024, keduanya berada di kubu yang berseberangan. Surya Paloh menjadi pengusung pasangan Anies-Muhaimin yang menyuarakan ide perubahan. Adapun Presiden Jokowi mendukung putranya Gibran Rakabuming Raka yang bersanding dengan Prabowo Subianto.

Menurut Alvin, pertemuan yang dibarengi makan malam tersebut membicarakan sejumlah isu.

Mulai dari keinginan untuk mengembalikan “rasa konsolidasi” yang dulu pernah ada – mengingat pada Pemilu 2014 dan 2019 partai Nasdem menjadi penyokong Jokowi -hingga upaya mengajak Nasdem “kembali menjadi bagian pemerintahan”.

“Karena Nasdem ini dari Pemilu 2014, 2019 di dalam pemerintahan, dia punya rekam jejak bersama Presiden Jokowi ketika menjadi capres untuk pertama kalinya,” ujar Silvanus Alvin kepada BBC News Indonesia.

Presiden Jokowi sendiri mengatakan bahwa dirinya adalah “jembatan” bagi urusan partai-partai dalam pertemuan tersebut. Hingga saat ini belum ada pernyataan resmi dari Surya Paloh.

Namun, Ketua DPP Nasdem, Willy Aditya, berkata terlalu dini apabila jamuan makan malam tersebut diartikan bahwa partainya akan bersatu dengan kubu Jokowi lagi.

About Post Author

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *